Tulisan di bawah ini saya tulis pada tanggal 17 Februari 2005. Wah, ternyata sudah lama sekali ya, sekitar 7 tahunan :D Awalnya tulisan ini saya tulis di buku diary khusus untuk tulisan-tulisan, apa pun itu, baik puisi, prosa, luapan perasaan, atau pun artikel tentang suatu hal, hingga suatu saat saya pindahkan beberapa tulisan ke lepi kesayangan, sebagai back up.
Meskipun tulisan ini sudah "tua" tapi saya rasa masih layak untuk dibaca. Jadi, jangan pernah meremehkan atau membuang semua tulisan-tulisan lama Anda ya, bila perlu, tulis ulang dan posting di blog masing-masing. Selamat membaca :)
Para pahlawan (mungkin) pasti akan menangis bila
melihat bangsanya saat ini. Hancur perasaan mereka saat menyaksikan para
anak-cucu penerusnya manghancurkan bangsa tersayang ini dengan sendirinya.
Perlahan dan tanpa disadari oleh semua pihak. Semua orang bersikap seolah-olah
mereka tidak melakukannya dan mengaku berjiwa Pancasila. Hanya bisa saling
menyalahkan, saling menjatuhkan, saling menjelekkan, saling memfitnah, saling
menggugat, saling menghukum. Adakah satu pertanyaan sederhana di hati
masing-masing orang, “Apa yang telah aku sumbangkan untuk negeri ini?” Yang ada
hanya keegoisan diri sendiri.
Tak kasihankah pada ibu pertiwi? Mungkin tidak ada
pikiran seperti itu, bahkan mungkin juga tidak pernah terlintas. “Buat apa
susah-susah memikirkan bangsa, toh ada presiden dan wakil-wakil rakyat”. Dan
bilamana kita pikir lagi, para wakil rakyat pun sudah sama kelakuannya dengan
para pemikir diri sendiri, mengubar janji, meraup harta dunia di atas keluh
keringat orang susah. Ah, pemikiran dan tindakan yang sungguh bukan seorang
anak bangsa.
Yang namanya anak bangsa, bukan berarti para anak
muda, pelajar dan mahasiswa saja. Bahkan seorang veteran tua pun tetap layak
dan patut di sebut sebagai Anak Bangsa. Jika, dia benar-benar mencintai
Indonesianya dengan caranya sendiri, cara positif yang membangun bangsa, yang
mengharumkan nama Indonesia ,
yang membuat seluruh orang di dunia tahu bahwa Indonesia bisa menunjukkan
keberadaannya. Ya, itulah seorang anak bangsa!
Jika diangkat terlalu jauh, nanti akan merembet
kemana-mana, dan akhirnya saling menyalahkan kemudian bertengkar seperti anak
kecil bahkan sanggup pukul-memukul. Kapan manusia Indonesia ini bisa bersikap dewasa?
Itu semua kembali ke masing-masing pribadi. Apakah para pribadi itu masih
memikirkan nasib bangsanya?
Asal muasalnya, Indonesia adalah sebuah kata yang
sangat indah, sakral, damai, hangat. Indonesia adalah sebuah Negara yang
sangat berbeda, yang berbudaya, yang polos. Akan kumulai dari diriku sendiri
untuk bertanya, “Apa yang telah aku berikan untuk bangsaku ini?”, dan jangan
selalu bertanya, “Apa yang telah diberikan bangsa ini kepadaku?”.
Setelah membaca ulang tulisan yang ringkas ini, ternyata saya baru menyadari bahwa kemerosotan sumbangsih anak bangsa sudah terlihat menyedihkan sejak beberapa tahun silam. Pantas saja akhir-akhir ini berita tentang penerus bangsa semakin mengerikan.
Semoga masih banyak anak bangsa Indonesia yang mau dan sudi untuk menyelamatkan tanah airnya ini dari kerusakan moral. Semoga masih banyak anak Indonesia yang selalu menyumbangkan prestasinya tanpa menghadapkan imbalan. Amin ya robbal'alamin...
2 komentar:
Saya juga suka ngerepost tulisan2 jaman dulu mbak hehehe..
Aamiin untuk doanya mbak :)
@diniehz : terima kasih mb :)
Posting Komentar