28 September 2011

Kumpulan Penyakit Para Penulis

Kumpulan penyakit para penulis yang saya sebutkan di bawah ini biasanya telah diketahui oleh sebagian besar penulis, baik itu penulis amatir maupun penulis professional. Penyakit-penyakit itu adalah :

1.       Malas
Malas, satu kata ini memiliki efek yang luar biasa dan binasa terhadap hidup dan mencakup ke seluruh lapisan masyarakat, baik jenjang karir, usia, jabatan, status sosial, dll. Penyakit malas tidak ada obatnya selain tetap berusaha dan menghindari untuk istirahat yang terlalu lama. Mengapa? Istirahat yang terlalu lama cenderung menjadikan manusia terjangkit penyakit yang satu ini, “Sudah terbiasa enak dan malas ngapa-ngapain” begitulah komentar yang sering saya dengar.


Nah loh? Kalau sudah seperti itu ya, mau diomelin atau di push bagaimanapun akan tetap kembali ke posisinya semula PW (Posisi Uenak). Kunci untuk menyelesaikan masalah ini ada pada diri Anda sendiri. Sebagai manusia kita diberikan kelebihan akal oleh Yang Maha Kuasa, maka pergunakanlah akal itu untuk meredam nafsu malas melakukan sesuatu. Push up your brain and always thinking (not dreaming) about your life, make it true, make it profit, and make it work for everyone in your life. Just that, never say give up and never say to lazy! That’s right?


2.       Menunda
Seakan banyak sekali pekerjaan yang harus kita lakukan sehingga terus menerus melakukan penundaan untuk menulis. Ide yang unik sudah muncul dan berlarian di dalam pikiran, namun karena menunda untuk menulisnya, maka pada akhirnya ide-ide tersebut akan hilang dengan sendirinya, memuai entah kemana. Saya sendiri sering mengalaminya, menunda untuk menulis karena banyak kesibukan atau pekerjaan yang harus di selesaikan terlebih dahulu, namun apa yang terjadi sesaat setelah saya memiliki waktu luang? Taraaa…. Jemari saya terasa kram dan kaku untuk memulai menulis atas ide yang masih melekat. Ide itu ibarat dimsum atau bubur yang masih hangat, lebih enak dimakan pada saat masih hangat dan baru masak, cita rasanya benar-benar terasa. Nah, kalau dimsum atau bubur tersebut sudah terlanjur dingin maka rasanya sudah berbeda dan terasa aneh di mulut. Memang, dimsum atau bubur itu masih bisa dipanaskan atau dihangatkan, tapi tetap saja kesan pertama itu berbeda dengan kesan keberikutnya.

Seperti itulah gambaran ide yang tidak langsung dituangkan menjadi tulisan. Membawa note mini dan menuliskan garis besar dari ide-ide kita adalah cara yang cukup membantu, dan hampir semua penulis menganjurkan cara tersebut. Efektif memang jika Anda berkomitmen menjalankannya, karena, lagi-lagi manusia berada dalam masa kesombongannya dengan mengatakan “Ah, tidak usah dicatatlah, aku pasti ingat apa yang mau aku tulis. Semuanya ada di dalam otakku”. Apa yang terjadi? Tidak semua hal dapat kita ingat (tentu Anda semua tahu hal itu) kawan, jadi lebih baik membuat back up untuk ide-ide brilian yang dihasilkan oleh otak kita sebelum ide-ide itu dingin dan tak menghasilkan kesan pertama yang begitu menggoda, hahaha.

3.       Terlalu banyak alasan
“Ntar lagi deh, tanggung. Mumpung score-nya masih 1-0 nih” atau “Hhhmmm… ntar lagi aja deh ngerjainnya, aku mau tidur sebentar, capek!” atau “Besok aja deh nulisnya, kan masih banyak waktu luang” dan masih banyak kalimat alasan yang lainnya. Alasan-alasan yang diucapkan kepada diri sendiri sebagai kalimat pembenaran atas penundaan pada sebuah karya. Memang, poin ketiga ini berhubungan erat dengan poin nomor dua di atas, menunda. Terlalu banyak alasan dapat menunda hasil karya kita, menunda keberhasilan kita, menunda manfaat yang akan kita berikan kepada orang lain, menunda pahala kita, menunda rezeki kita, dan lain sebagainya.

Kita sendirlah yang menciptakan kegagalan itu sendiri, gagal menghasilkan karya, gagal dalam menulis. Saya sangat setuju dengan sebuah iklan yang memiliki slogan “Talk less do more!” Sedikit berbicara (mencari alasan, dalam bentuk apapun itu yang bisa disebut sebagai pembenaran) banyak bertindak. Yup, kurangilah untuk berbicara atau mengatakan berbagai hal yang akan menjerumuskan diri sendiri ke dalam gudang alasan, tetapi perbanyaklah melakukan berbagai tindakan untuk merealisasikannya, untuk membuatnya menjadi nyata, untuk membuatnya sebagai sebuah karya tulis atau karya yang lain, untuk membuatnya menjadi lebih berguna dan bermanfaat bagi orang lain.

4.       Tidak punya ide blirian
Apa??? Anda tidak memiliki ide yang brilian?!( mengucapkannya dengan menirukan gaya para artis sinetron, hahaha). Itu adalah sebuah kesalahan terbesar dan merupakan penyakit yang sangat berbahaya bagi seorang penulis. Seorang penulis yang memiliki jiwa penulis sejati di dalam raganya, tidak akan pernah mengucapkan kalimat tersebut. Dia akan selalu memiliki berbagai ide brilian yang unik dan sangat bergairah untuk menuangkannya ke dalam tulisan. Seorang penulis sejati, mampu menghasilkan berbagai macam karya tulis hanya dari 1 buah ide, mampu menghasilkan berbagai macam tulisan hanya dari melihat kejadian yang biasa saja, mampu menuangkan masalah kehidupan yang tak berarti menjadi sebuah tulisan yang bermutu.

Ide brilian hadir dari jiwa seorang penulis yang telah menempa dirinya sendiri dalam berbagai bentuk masalah kehidupan. Ide brilian itu tidak perlu dicari, setiap otak manusia memiliki fungsi khusus untuk menelurkan ide-ide tersebut, tinggal bagaimana bagian tubuh yang lain meresponnya dalam bentuk tindakan. Tekankan kepada diri sendiri bahwa Anda dapat menghasilkan berbagai ide-ide cemerlang dalam tulisan, bahwa ide itu memang datang sendiri namun atas dasar jiwa seorang penulis kreatif jua lah dia menyapa.


5.       Tidak punya fasilitas
Well, poin ini sebenarnya juga termasuk ke dalam “alasan pembenaran untuk tidak atau menunda berkarya dalam menulis”. Memang, tidak semua orang memiliki kelebihan rezeki, tidak semua orang memiliki fasilitas pendukung seperti seperangkat komputer, laptop atau gadget canggih lainnya, dan tidak semua orang mampu membayar biaya rental internet. Namun, bukankah Anda masih bisa menulis menggunakan fasilitas kertas/buku dan pulpen/pinsil? Barang-barang itu termasuk berharga murah meriah kan?

Jadi, tidak ada alasan bahwa fasilitas menjadi halangan bagi seorang penulis untuk tidak menghasilkan karyanya. Untuk sementara, fasilitas apa adanya tersebut mampu untuk menampung berbagai hasil karya tulis. Bila nanti Anda telah mendapat sedikit rezeki, apakah untuk merental komputer di warnet atau membeli fasilitas yang lebih mendukung lainnya, maka segeralah ketik ulang semua hasil karya Anda itu, postingkan dan kabarkan kepada dunia bahwa keterbatasan fasilitas tidak menghalangi Anda untuk terus berkarya.

6.       Tidak mendapatkan tempat yang tenang
Satu lagi alasan yang sebenarnya tidak masuk akal. Penulis ditempa dalam berbagai situasi dan kondisi, jadi faktor tempat atau lokasi yang tidak memadai atau tidak memungkinkan juga bukanlah halangan besar yang dapat meruntuhkan dan membuang hasil karya yang akan dihasilkan. Tiada tempat yang benar-benar tenang di dunia ini kawan, kecuali alam baka, lantas apakah kita baru bisa menulis bila telah berada di alam yang tenang seperti itu? Tentu saja tidak kan? Hahaha….

Kita mampu untuk menciptakan suasana dan kondisi yang tenang sesuai dangan kemauan kita. Berkonsentrasilah dan pusatkan pikiran kepada ide tulisan, ciptakan ketenangan dalam pikiran dan batin, kalau perlu sugestilah diri Anda sendiri bahwa Anda mampu untuk menulis dalam keadaan ketenangan pikiran. Sulit memang, dan untuk melakukan hal itu dengan benar memerlukan beberapa waktu untuk belajar dengan tekun, bejalar dan berusaha untuk berkonsentrasi penuh terhadap apa yang kita tulis, tidak terpengaruh dengan keadaan sekitar. So, trying and enjoy it! Writing in every where, every time, every situation and conditions.

7.       Tidak punya waktu
Yup, sebagian besar orang pasti mengatakan hal ini, “Saya tidak punya waktu!”. Oh my God, you always have many time! Your life 24 hour in a day and you can give 5 or 10 minutes for writing, just it! Apakah kita bisa menulis dalam waktu sesingkat itu? Tentu saja bisa, dicicil, kata orang tua. Sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit. Menulis sedikit demi sedikit, kalimat per kalimat, paragraf per paragraf, maka suatu saat akan menjadi sebuah artikel atau bahkan buku!

Anda tidak percaya bila belum melakukannya, benar tidak? Saya tidak akan munafik, saya sendiri bahkan tidak percaya dengan hal tersebut sampai saya sendiri membaca bukti nyatanya. Saya pernah membaca sebuah info yang menjelaskan bahwa ada beberapa penulis novel (di Indonesia) yang memiliki jadwal bekerja sangat padat. Namun, beliau mampu memberikan waktu 10-30 menit dalam sehari untuk menulis novelnya, beliau berkomitmen, berusaha dan berjuang keras untuk mewujudkannya. So, don’t tell me that you (all of we are) haven’t many time for writing!

8.       Tidak fokus
Saya selalu tertawa jika mendengar kalimat “Kamu tidak fokus”. Karena kalimat tersebut sering sekali saya ucapkan kepada diri saya sendiri. Ya, di saat diri sedang menggebu-gebunya untuk menulis dan menghasilkan karya, eeh, mata malah melirik ke sana ke mari, hahaha. Maksud saya dengan lirik sana lirik sini itu adalah ketika saya sedang asyik menulis dan terasa lelah, maka saya beristirahat sejenak, rehat. Saya membuka beberapa alamat penghibur mata seperti berkecimpung sebentar di jejaring sosial, membaca info-info unik dan menarik, mengutak-atik tampilan blog, melihat fot-foto lucu, mencari gambar sebagai poin untuk menambah kecantikan tampilan artikel saya, dan lain-lain.

Kesemua kegiatan itu memang membuang waktu meskipun pada awalnya hanya berniat untuk rehat sejenak, namun malah kadi ketagihan dan keasyikan hingga lupa pada tulisan yang terbengkalai tadi. Sejenak melirik tulisan, ah nanti saja, sebentar lagi juga selesai, begitulah membatin dan terjadi kembali proses penundaan dengan alasan pembenaran. Terus begitu hingga waktu yang mengingatkan bahwa nafsu dapat membelokkan kefokusan akan apa yang sedang dikerjakan.

Bersikap tegaslah pada diri sendiri dan berkomitmen penuh untuk menulis. Tindakan tegas dan fokus bisa dilakukan dengan menutup semua web browser atau jalur chatting atau berbagai hal lain yang dapat memecah konsentrasi untuk sementara waktu sampai tulisan atau karya yang dikerjakan telah selesai. Jika membutuhkan waktu untuk rehat sebentar, pergunakanlah waktu yang tersedia untuk melihat suasana taman atau jalan raya di depan rumah, atau berjalan sebentar sambil meregangkan anggota tubuh, atau mencuci wajah agar lebih fresh. Kuncinya tetap fokus.

9.       Kemauan dan niat
Semua orang harus memiliki niat dalam melakukan sesuatu, namun hanya niat saja tanpa adanya kemauan dan tindakan nyata, maka apapun yang diniatkan akan selamanya menjadi sebongkah “niat”. “Yang penting kan sudah ada niatnya?”, iya benar, tapi apakah Anda akan berpuas diri hanya dengan secuil niat itu? Tentu tidak kan? Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang dapat menjadi nyata hanya dengan mengandalkan niat saja, diperlukan kemauan yang keras untuk mewujudkannya.

Meskipun semua orang mengatakan bahwa apa yang kita lakukan adalah hal yang mustahil, namun jika kemauan di diri terus membara dan membuat kita memiliki kekuatan yang tak terkira sebelumnya, maka jangan heran kalau Anda memang telah berhasil membuat apa yang Anda inginkan menjadi kenyataan. Semuanya itu karena kemauan, usaha, kerja keras dan doa.

10.   Komitmen
Tidak hanya hubungan yang memiliki faktor penting untuk tetap berkomitmen dalam melanggengkan perjalanan pada prosesnya. Menulis pun membutuhkan komitmen, komitmen antara hati, pikiran dan hasrat untuk terus menulis. Tidak lompat sana dan lompat sini, maksudnya, hari ini pengen menulis eh besoknya udah patah hati, nggak mau menulis lagi.

Berkomitmen untuk menulis dan manghasilkan karya hebat lainnya, berkomitmen untuk terus percaya diri dengan tampilan tulisan, berkomitmen dengan kebanggaan diri atas apa yang telah dilakukan, berkomitmen untuk selalu menebarkan informasi penting yang bermanfaat bagi orang lain, semuanya dapat dilakukan melalui tulisan Anda.

Berkomitmenlah kepada diri Anda sendiri bahwa setia terhadap dunia tulis menulis dapat membawa Anda melalangbuana kemanapun Anda suka, meraih apapun yang mustahil, menjadi karakter dan tokoh apapun yang Anda inginkan, mewujudkan mimpi, cita-cita dan impian yang Anda harapkan. Belajarlah untuk benar-benar berkomitmen pada diri Anda sendiri bahwa Anda harus berhasil menjadi seorang penulis sejati.


Demikainlah serangkaian penyakit yang sering di derita oleh sebagian besar penulis, termasuk saya sendiri, hehehe. Mungkin masih banyak tambahan poin yang ingin Anda tambahkan? Intinya, meskipun kita sibuk membahas apa saja penyakit yang kita derita dalam dunia tulis menulis ini, tetaplah bersemangat dan pantang menyerah untuk menghasilhkan karya.


280911



4 komentar:

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

setuju min artikel yg keren

aryanto mengatakan...

terima kasih atas ilmunya

ken fauzy mengatakan...

hehe iya bener aq juga suka begitu min....maklum aq msh newbie dlm hal tulis menulis..thanks buat info dan semangatnya min....

kenfauzy.blogspot.com

Posting Komentar

ShareThis