20 Oktober 2011

Persiapkan Anak Menghadapi Pubertas


Salah satu topik yang jarang dibicarakan dengan anak-anak yang beranjak remaja adalah masalah pubertas. Biasanya orang tua membiarkan mereka, para anak-anak mengalaminya sendiri dan merasa tidak perlu dibicarakan dengan serius. Sebagian besar berpendapat ketika anak mengalaminya dan bila mereka bertanya, mereka akan member penjelasan, namun bila anak diam dan tidak bertanya, mereka berprinsip mungkin mereka sudah tahu dari orang lain. Sebenarnya, orang tua juga perlu memberikan anak-anak informasi praktis tentang bagaimana cara mengatasi pubertas terkait perubahan fisik dan masalah emosional yang bisa menakutkan bagi anak-anak yang belum siap.

Apa itu Pubertas?
Pubertas adalah masa dimana seorang anak mengalami kedewasaan secara seksual diikuti dengan perubahan fisik yang menyebabkan munculnya perubahan cara berpikir, keterampilan manjalin relasi, dan pengelolaan emosi. Pada  umumnya ada penanda anak mengalami pubertas. Pada anak perempuan, tanda pubertas ditandai oleh menstruasi dan payudara yang membesar, sedangkan pada anak laki-laki ditandai dengan mimpi basah/ejakulasi spontan, suara yang berubah, tumbuhnya rambut-rambut di bagian tertentu dan bagi beberapa orang bentuk jakun yang menonjol.

Secara biologis, pubertas dimulai ketika otak memberi sinyal pelepasan hormone tertentu ke dalam aliran darah. Proses ini melibatkan beberapa langkah dan koordinasi dari dua bagian berbeda dari otak, hipotalamus dan kelenjar pituitary. Hipotalamus sinyal kelenjar hipofisis bahwa sudah waktunya untuk melepaskan satu set hormon yang disebut gonadotropin ke dalam alirna darah.

Sekali diliris, gonadotropin mengaktifkan gonad atau kelenjar seksual. Gonad adalah testis pada laki-laki dan ovarium pada anal perempuan. Setelah diaktifkan, gonad memproduksi dan melepaskan hormon ke dalam aliran darah yang memicu perubahan fisik seluruh tubuh. Pada laki-laki, testis memproduksi hormon yang disebut androgen, dan pada anak perempuan, ovarium menghasilkan hormon yang disebut estrogen.

Tips untuk Menjalaskan Pubertas
Dalam menjelaskan masalah pubertas, orangtua harus berbicara dahulu tentang bagian dan fungsi tubuh, bagaimana kit amerawat tubuh, menghargai dan melindungi tubuh, tahapan perkembangan seksual dan setelah itu penjelasan tentang pubertas. Tentang apa dan bagaimana itu terjadi, tanggung jawab yang harus dilakukan, apa yang diharapkan selama pubertas dan sebagainya ada dalam pembahasan pubertas. Pemberian informasi sensitive seperti ini bukan hanya dilakukan sekali waktu dan langsung selesai, tetapi melalui percakapan kecil yang harus diulang-ulang.

Memberikan penjelasan tentang pubertas juga harus melihat umur anak. Namun setiap anak adalah unik dan mereka bisa mengalami pubertas yang berhubungan dengan perubahan pada waktu yang berbeda dan pada usia yang berbeda pula. Umumnya, anak perempuan mengalami pubertas antara usia 10-14 tahun. Sedangkan anak laki-laki mengalami pubertas antara usia 11-15 tahun. Namun, mengingat kondisi zaman sekarang, anak-anak bisa juga mengalami pubertas di usia awal dan ini masih dianggap sebagai perkembangan yang normal.

Beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk berbicara masalah ini kepada anak, yaitu :
  1. Bicarakan isu pubertas ketika mereka menginjak usia 9 tahun atau coba buat pernyataan untuk mengarahkan diskusi mengenai pubertas seperti pengalaman orangtua mengalami menstruasi atau mimpi basah.
  2. Jangan menunggu anak bertanya. Jika mereka tidak berkata apa-apa saat berusia 10 tahun, kemungkinan besar mereka bersikap begitu karena malu.
  3. Ketika anak perempuan sudah mengalami pertumbuhan payudara di usia 8 tahun, cobalah mengobrol tentang pertumbuhan dan perubahan tubuh padanya serta tahapan yang akan dilaluinya seperti pengalaman menstruasi pertama.
  4. Informasikan kepada anak perempuan tentang pubertas pada anak laki-laki dan sebaliknya anak laki-laki tentang perubahan pubertas pada anak perempuan.
Harus diingat masalah pubertas adalah masalah orang tua juga. Orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mempersiapkan anak menghadapinya. Anak bisa merasa yakin ketika ada anggota keluarga yang mulai memperhatikan perubahan pada dirinya. Orang tua bisa share mengenai pengalamannya dan juga menceritakan cara mengatasi situasi seperti haid dan mimpi basah.

Ketika anak perempuan akan mengalami haid pertama, pastikan mereka tahu apa yang mereka hadapi. Tunjukkan pembalut dan bagaimana cara menggunakannya. Mereka juga harus berani untuk membawa pembalut ke sekolah sebagai “bekal” mereka berjaga-jaga. Anak laki-laki juga harus dipersiapkan untuk menghadapi mimpi basah pertamanya. Jangan sampai mereka khawatir dan panic dengan pengalaman pertamanya ini.

Oh ya, satu lagi, jangan lupa ucapkan selamat kepada anak bila mereka mendapatkan haid atau mimpi basah pertamanya. Beri sentuhan hangat dan katakana untuk jangan malu. Smeua orang pasti melewatinya.

Semoga bermanfaat J


Sumber : rumahshine.org

0 komentar:

Posting Komentar

ShareThis