Apabila teknologi berada di
tangan yang salah, maka semua hal akan
menjadi bencana. Sebuah kalimat sederhana yang sarat makna dan hampir semua
orang mengetahui apa dampaknya bagi kehidupan. Berbagai macam bencana sudah
kita ketahui dan lihat baik dari skenario film atau dari cerita-cerita di novel
atau dari kisah nyata dari para pelaku dan korbannya atau juga dari berita dan issue penting lainnya.
Film-film yang bertemakan
super hero adalah contoh yang paling mudah ditemui untuk kasus penyalahgunaan
teknologi. Novel-novel fiksi yang ber-genre
science juga sering menyuguhkan cerita tentang orang-orang yang
menyimpangkan fungsi dari kecanggihan teknologi. Issue atau berita lainnya seputar orang-orang public figure yang sering menjadi sasaran penyalahgunaan teknologi
juga merupakan contoh nyata yang sering ditemui.
Mari kita tilik sebentar, kita
ambil contoh kasus-kasus pertengkaran yang terjadi karena status seseorang di
socmed, buanyak sekali ya :D Mulai dari kalangan public figure seperti artis atau pejabat pemerintah, mulai dari orang-orang
elit dan berduit hingga orang-orang yang biasa saja, pasti memiliki konflik
dari status di socmed.
Socmed bukanlah ranah pribadi
lagi karena semua orang bisa membaca dan memperhatikan apa saja yang kita
lakukan dan kerjakan. Baik itu kegiatan sehari-hari, kata-kata sedih karena
patah hati, kalimat semangat, sorakan bahagia, promosi berbagai dagangan,
hingga curhat seputar hal-hal kecil lainnya.
Ada kalanya kita merasa lebih
nyaman menuangkan segala perasaan ke dalam bentuk rangkaian kata-kata yang di
posting di socmed, tanpa harus berpikir panjang lagi apa dampak yang akan
terjadi dari postingan kalimat tersebut. Biasanya kalimat sindirian adalah
pemicu utama dari pertengkaran berikutnya. Jreeennnggg… maka segera dimulailah
ronde demi ronde pertengkatan status, misalnya di Facebook akan terjadi perang
status dan komentar, sedangkan di Twitter akan terjadi perang tweet, re-tweet
dan mention (seru juga melihat pertengkaran di dunia socmed, lebih rame
daripada perang bintang, hahahaha :D )
Apakah perang status atau
komentar atau tweet itu merupakan pelampiasan emosi semata atau hanya sekedar
mencari sensasi saja? Tidak ada yang pernah tahu, karena kita hanyalah penonton
yang menikmati setiap adegan dari pemutaran film (kehidupan) pribadi orang lain.
Atau justru diri kita sendiri yang menjadi pemeran utamanya atau pihak yang
terseret-seret ke dalam kisruh perang di socmed tersebut?
Apabila socmed telah
disalahgunakan menjadi media penyalur emosi atau amarah, tentu semua orang akan
menjadi musuh. Tanpa kita sadari kata-kata pelampiasan emosi sesaat itu adalah
kesalahan yang sangat fatal dalam menggunakan fasilitas socmed. Teramat sangat
fatal hingga dalam sekejap mata kita akan menjadi sorotan berjuta pasang mata.
Bangga karena menjadi TT dari perang di socmed? Waduh, malu donk seharusnya.
Daerah dan masalah pribadi yang seharusnya hanya beberapa orang yang tahu
justru menjadi konsumsi publik. Aib yang seharusnya ditutupi justru terbuka
dengan lebarnya. Kalau sudah seperti itu, siapa yang malu, ya, diri kita
sendiri L
Ada khilaf tapi ada juga
kebiasaan. Melampiaskan segala sesuatunya ke dunia socmed bukanlah hal yang
bijak dan merupakan hal yang harus kita hindari. Dampak apa pun yang terjadi adalah
bencana yang akan menerpa diri kita sendiri. Memiliki akun di dunia socmed
seperti memiliki senjata api yang siap meletus kapan saja, apakah meletus di
kepala orang lain atau bahkan di kepala kita sendiri. Maka, jangan pernah
menyalahgunakan socmed dan teknologi, demi kebaikan diri kita sendiri J
140812
0 komentar:
Posting Komentar