17 Agustus 2012

Uforia 17 Agustus yang Terjepit Idul Fitri



Tanggal 17 Agustus yang sangat “kejepit” oleh perayaan besar Hari Raya Idul Fitri menjadi hal yang menyedihkan bagi saya. Betapa tidak, saya yang selalu meng-elu-elukan rasa cinta kepada Republik Indonesia melihat pemandangan yang semakin memiriskan rasa kebangsaan. Tidak terdengar riuh tepuk tangan dalam perlombaan, tidak terlihat pohon pinang berselimut oli hitam yang menjulang di tengah lapangan, tidak terlihat rangkaian bedera merah putih kecil yang mengelilingi kampung, dan tidak terlihat lagi anak-anak yang berlarian mengejar belut. Yang ada hanyalah deru kendaraan yang semakin sarat dengan barang bawaan dan penumpang, hanyalah debu yang berterbangan menutupi wajah-wajah kusam kelelahan, hanyalah kepulan asap dari tempat pembakaran kue, hanyalah mall, pasar dan toko yang penuh sesak dengan orang-orang yang berebut pakaian berdiskon besar-besaran.

Selain itu, masih banyak rumah yang tidak memasang bendera merah putih, jangankan berjuang, berpartisipasi saja mereka enggan. Beragam alasan diutarakan, mulai dari kecapekan hingga tidak punya tiang bendera. Uforia perayaan Idul Fitri seakan menutupi semarak perayaan kemerdekaan negara kita sendiri, bukan timing-nya yang tidak tepat hanya saja bagaimana cara kita menyikapi hari ini dengan semangat yang sama seperti 67 tahun silam.

Ah, tentu saja berbeda bukan? Bangsa dan negara ini sudah mengalami banyak perubahan, bukan hanya perubahan dalam bidang infrastruktur yang semakin menjamur dan mengganti hutan rimbun menjadi hutan gedung, tetapi juga perubahan dalam bidang moral dan penghargaan kepada bangsanya sendiri yang semakin menipis terkikis oleh kemajuan zaman dan tergerus oleh adaptasi kebudayaan lainnya.

Siapa yang masih mengeluh berada di dalam barisan upacara bendera? Siapa yang masih meng-update status upacara bendera itu hal yang paling membosankan, menjemukan dan melelahkan? Siapa yang masih mengumpat-umpat kalau durasi upacara bendera itu sangat lama dan menyita waktu? Siapa yang masih bersungut-sungut dan ngambek ketika berada di barisan paling depan pada upacara bendera? Siapa yang sengaja terlambat setiap jadwal upacara bendera tiba? Itu baru upacara bendera biasa lho, bukan upacara bendera di hari peringatan ulang tahun RI seperti hari ini.

Siapa yang masih menahan haru atau bahkan menangis ketika melihat bendera merah putih berkibar mesra di angkasa? Hanya mereka, para pahlawan veteran yang masih menyimpan kebanggaan dan memori mereka saat berjuang merebut dan mempertahankan bangsa ini. Bukan hanya perjuangan memanjat pohon pinang atau berlari di dalam karung, tetapi sebenar-benarnya perjuangan untuk menyelamatkan bangsanya demi berkibarnya bendera merah putih.

Tetapi kita yang hanya diminta kesediaannya untuk memasang bendera atau berpartisipasi dalam upacara atau merayakan dalam uforia perlombaan pun masih merasa enggan dan sungkan. Walah ndok/le, dimana jiwa kebangsaaanmu? Perasaan sedih tidak akan mengangkat bendera merah putih lebih tinggi lagi. Perasaan miris juga tidak akan membuat bangsa lain lebih menghargai kita.

Maka, inilah sebenarnya ranah pertempuran bagi kita semua. Perjuangan untuk mempertahankan bendera merah putih dari penjajahan diri kita sendiri. Perjuangan untuk menyelamatkan generasi muda dari kehancuran moral. Perjuangan untuk melestarikan semua kebudayaan kita dari tangan-tangan jahil dan mulut-mulut usil. Perjuangan kita untuk bangkit menjadi bangsa yang lebih pantas untuk dihargai bukan karena kekayaan alamnya saja, tetapi dihargai dan dihormati karena pribadi dan kecerdasannya.

Ngimpi??? Tentu saja hanya mimpi, tetapi justru dari mimpi itulah kita bisa bangkit, memperbaiki diri dan meraih tujuan untuk menjadi bangsa yang lebih bermartabat. Ngimpi, terlalu banyak kita bermimpi indah sehingga sukar untuk dibangunkan. Maka ngimpilah ketika sadar, realisasikan kebanggakan kita berdasarkan mimpi sederhana. And then the last but not the less, JUST TALK LESS and DO MORE for YOUR NATION!


170812

8 komentar:

A. Y. Indrayana mengatakan...

Ya betul. Semangat idul fitri memang terlihat 'menutupi' kemeriahan HUT RI 17 Agustus lalu.
Namun demikian perlu kita ambil hikmah positif dari ini semua. Momentum yang jarang sekali terjadi ini mengartikan bahwa kedua hari besar ini menyatu jadi satu sehingga akan ada perasaan riang dalam hati, ketika ada hari kemenangan RI bersamaan dengan hari kemenangan umat Islam yaitu Idul Fitri.

Kita rasakanlah kedua euforia ini seakan melebur menjadi satu ^ ^

Irda Handayani mengatakan...

@Idrayana : betul itu :D
Selamat Idul Fitri 1433 H ya, mohon maaf lahir dan batin :)

Pemeliharaan Mesin mengatakan...

good

Armstrong Indonesia mengatakan...

good

Cleaning Services mengatakan...

good

Jantung Koroner mengatakan...

good

rumah dijual mengatakan...

good

Armstrong Indonesia mengatakan...

goog

Posting Komentar

ShareThis