28 Maret 2012

Galau? Nonton Aja The Raid!


Sejak bulan Oktober 2011 lalu, saya sudah menunggu film ini ditayangkan di bioskop tanah air. Ketika itu, saya membaca sebuah berita tentang film ini dan menonton trailler-nya, saya terpukau dan berniat harus menontonnya, apalagi salah satu sound track film ini dibuat oleh Mike Shinnoda-Linkin Park, wah, semakin bersemangat saya menontonnya. Ternyata memang tidak menyesal menunggu selama kurang lebih 5 bulan untuk menonton The Raid.

Siang tadi, saya yang sedang seteres tingkat tinggi memutuskan untuk menonton film ini sendirian, saya tidak tahu risiko apa yang akan saya alami ketika menonton film bergenre full action ini. Ternyata, risiko tersebut akhirnya menghampiri di menit awal penayangannya. Dorrr doorrr doorrr!!! Seketika sang raja bandar narkotika yang diperankan oleh Ray Sahetapi memuntahkan peluru di belakang kepala beberapa orang, darah pun bermuncratan kemana-mana. Kaget? Shock? Tentu saja, ini baru adegan di awal film loh.

Ketika pasukan SWAT ala Indonesia tersebut menyerbu masuk dengan cara pelan-pelan dan hati-hati, keadaan masih aman terkendali, belum ada penampakan darah kecuali adegan penembakan yang dilakukan oleh raja bandar narkotika tadi. Namun ketika mereka bertemu dengan seorang remaja yang baru saja keluar dari toilet, maka dimulailah peperangan atau serbuan yang sebenarnya.

Dorrr!!! Sebuah peluru menembus leher remaja tadi setelah dia memberitahu temannya bahwa polisi berada di tempat mereka. Gerak lambat peluru yang memucratkan darah tersebut adalah efek yang pas dengan situasi dan kondisi yang ada, I like it.

Sampailah informasi tentang keberadaan polisi di tempat itu ke telinga sang raja banda, lampu dipadamkan, dan speaker menyeruakan pengumuman bahwa mereka telah kedatangan tamu yang tidak diundang, bagi siapapun yang berhasil membunuh tim SWAT maka mereka berhak hidup gratis di tempat itu.

Pengumuman tersebut adalah pengumuman untuk menembakkan senjata masing-masing ke arah lawan, yang lebih kusutnya lagi, tim SWAT tidak akan mendapatkan bantuan karena tidak ada satu pun yang mengetahui operasi penyerbuan ini. Tim SWAT yang berjaga diluar telah habis diberondong peluru, mobil mereka juga tidak luput dari tembakan.  Keputusan untuk bertahan hidup dan menyelamatkan tim pun dibuat oleh Sersan Jaka.

Peluru demi peluru dimuntahkan dari senapan laras panjang, saya cuma bisa berkata “adegan yang  kereeeeennnnn…”. Tingkat kekerasan dalam film ini sangat tinggi dan sangat vulgar dengan detail kekerasan yang menghabisi nyawa orang lain, sadis! Mata tertembak peluru, kepala yang tembus dengan tembakan jarak dekat, sabetan parang dimana-mana, darah kembali muncrat tak bersisa, dan eits jagoan dan para bandit melakukan gerakan silat yang memukau, kembali saya berkata “kereeeeennnnnn….” Plus adegan meledaknya sebuah lemari pendingin yang didalamnya terdapat tabung gas LPG 12kg, tabung gas LPG itu memang berguna dalam segala bidang ya, hehehe….

Salah satu adegan yang paling keren menurut saya adalah ketika Iko Uwais (saya lupa siapa namanya di film ini) bersembunyi dengan seorang temannya di sela-sela dinding apartemen. Srrraaaattttt….!!! Parang yang tajam dan besar menembus dinding yang terbuat dari papan itu, menyambar dan menempel di pipinya! Ini adalah adegan favorit saya, bener-bener kereeeeennnnn. Belum pernah saya melihat adegan seperti itu di film action Indonesia mana pun. Antara bergidik ngeri karena membayangkan rasa sakitnya, berbaur dengan rasa kagum adegan tersebut, seperti benar-benar nyata.

Sebenarnya, film ini tidak murni full action, ada beberapa adegan yang terkesan kocak namun tidak dibuat-buat dan sukses membuat penonton yang sejak awal menegang menjadi tergelak, termasuk saya. Ketika Iko Uwais dan temannya sedang bersembunyi di balik dinding papan, beberapa penjahat datang mengobrak-abrik tempat tersebut, berusaha mencari Iko Uwais dan teman-temannya. Logat Manado yang sangat kental dari penjahat itu terasa lucu terdengar, plus mimik sangar tapi “unyu”-nya membuat para penonton semakin tergelak.

Pada akhirnya mereka tidak menemukan Iko Uwais dan temannya yang terluka itu, dan para penjahat pun pergi. Iko Uwais dan temannya keluar dari persembunyian dan dibantu oleh seorang bapak yang berjasa dalam film ini. Berhubung si kawan ini terluka dan sebutir peluru mendekam di perutnya, maka Iko Uwais pun harus mengeluarkan peluru tersebut. “Pak, ada pisau?” tanyanya. Bapak itu pun segera mengambil pisau yang ada di meja dapurnya. Jeng jeng… yang ada hanyalah pisau tumpul yang biasa digunakan untuk melapisi roti dengan selai! “Apa nggak ada pisau tajam pak?” tanya Iko lagi. “Nggak ada. Oh, kalau sendok ada, atau sumpit?” tanyanya balik dengan wajah tidak bersalah. Ya, mau tidak mau, akhirnya Iko mengeluarkan peluru dari perut si kawan dengan menggunakan pisau selai tadi, daaaannn… pisau itu benar-benar dimasukkan ke lubang perut yang menganga itu! Wewwww… tampak sangat nyata dan menjijikkan.

Selain penampilan silat dari Iko Uwais yang memukau, penampilan silat dari Yayan Ruhian (berperan sebagai Mad Dog, tangan kanan Tama, si raja bandar narkotika) juga sangat memukau. Ini baru namanya penjahat yang keren, hehehe. Adegan ketika dia berlaga dengan Sersan Jaka juga miliki sisi humor, “Kalau satu orang megang pistol, dan satu orang lagi tidak, rasanya kurang greget”. Mad Dog  mengucapkan kata “greget” dengan mimik yang lucu, lumayan menghibur sebelum adegan keras lainnya ketika dia menghajar dan membunuh Sersan Jaka.

Ketika Donny Alamsyah bertemu dengan Mad Dog di depan lift, tampak Mad Dog yang bertubuh mungil sedang menyeret tubuh Sersan Jaka yang notabene lebih besar darinya, seperti anak kecil yang sedang menyeret mainannya. Adegan ini juga menyulut tawa dari penonton.
“Mau lo bawa kemana?” tanya Donny Alamsyah kepada Mad Dog.
“Bawa ke bos” jawab Mad Dog dengan wajah bĂȘte, tapi wajahnya itu lucu banget.
“Bukan dia” kata Donny Alamsyah.
“Ini dia. Kan pake seragam” jawab Mad Dog tidak mau kalah.
“Iya, tapi bukan dia”
“Ini dia! Yang penting gue bawa sesuatu ke bos” jawab Mad Dog terakhir kalinya sambil menyeret tubuh Sersan Jaka masuk ke dalam lift.

Masih banyak adegan laga yang mengerikan lainnya dari film ini, terutama adegan ketika Iko Uwais menghabisi nyawa Mad Dog dengan menggeser tabung lampu yang menempel di lehernya, srrraaaatttt… enak banget dia memutar pecahan tabung lampu itu, ah, menyeramkan! Dan, saya sendiri tidak mungkin menuliskan adegan mengerikan itu satu per satu, yang pasti benar-benar seram dan menyeramkan. Saya sampai berkata kepada diri sendiri “Film ini dibuat memang bukan untuk wanita. Tetapi cukup ampuh untuk seseorang yang sedang galau” hahahaha….

Penampilan Iko Uwais yang gentleman, baik hati, jago bela diri dan rupawan berhasil menaklukkan hati wanita seperti saya, wajahnya yang termasuk cakep itu cukup menetralisir adegan demi adegan mengerikan lainnya. Dan, saya sendiri telah jatuh hati pada Donny Alamsyah, meskipun di film ini kemampuannya berlaga tidak tampak maksimal, mungkin karena dia bukan pemeran utamanya.

Menurut saya, film ini memang keren, film laga terkeren yang pernah saya tonton. Meskipun begitu, ada beberapa pertanyaan yang menggeliat di benak saya. Memangnya, kita punya tim SWAT ya? Karakter polisi yang ditampilkan di film ini pintar silat dan sangat terlatih, tetapi pada kenyataannya, apakah seperti itu, berhubung akhir-akhir ini banyak polisi ganteng dan cantik yang pintar bernyanyi? Apakah, operasi penyerbuan polisi atau tim SWAT memang menyeramkan seperti itu ya atau memang filmnya membuat adegan penyerbuan tersebut menjadi dramatisir?

Terlepas dari berbagai pertanyaan saya tersebut, saya hanya bisa mengatakan bahwa film ini memang layak untuk ditonton, bahkan wajib! Berdasarkan pengalaman pribadi, saya tidak menyarankan Anda untuk menonton film ini sendirian, bisa “mati berdiri” ntar, hehehe. Bagi Anda yang tidak tahan melihat adegan keras dan darah dimana-mana, saya sarankan juga jangan menonton film ini sendirian.

Saya puas menonton film sehebat The Raid ini, tidak menyesal sama sekali, 4 jempol untuk The Raid deuh J  Durasi 2 jam pun tidak terasa, dan ketika lampu ruangan telah dinyalakan, saya beranjak dari tempat duduk dengan kaki gemetar dan wajah pucat, hahahaha…. Keluar dari mall, pemandangan demonstrasi pun masih tampak berlanjut di depan gedung DPR. Ah, semoga para demonstrans tersebut tidak menonton film The Raid

Berikut ini trailer film The Raid



280312

5 komentar:

Dini Haiti Zulfany mengatakan...

Aaaaaaa jadi makin pengen nonton deh huhuhu.

Thank you for the review mba ya mba admin ^^

Irda Handayani mengatakan...

@diniehz : Your welocome :)
Selamat menonton :D

NF mengatakan...

ooo ada lucunya ya mba, kirain film ini 'sangar' banget makanya saya ga ada niat sedikitpun untuk nonton, kebayang kaya film thailand yang actionnya parah gitu deh :D

Irda Handayani mengatakan...

@NF : kalau ttg sangarnya, saya jamin lebih sangar dan sadis mb, hehehe... :)

Unknown mengatakan...

udah nonton dan emang bikin merinding
emosi penonton dibuat kacau banget,

Posting Komentar

ShareThis