Virus narsis sangat diminati oleh orang-orang saat ini, baik itu yang menularkan, yang tertular, maupun yang memang ingin merasakan happy-nya bernarsis ria. Narsis bisa lewat jejaring sosial yang masih mendominasi dunia maya, yaitu facebook dan twitter, maupun lewat blog.
Memang, pada saat ini, blog belum mampu mengalahkan keeksistensian dari duo jejaring sosial tersebut, namun, bagi sebagian besar orang yang mulai berkenalan dan jatuh cinta kepada blog, narsis di blog-nya masing-masing merupakan keasyikan tersendiri.
Meskipun training tersebut dilaksanakan secara online, dimana terdapat kendala yang sangat besar yaitu kemungkinan besar terjadinya missed communication antara partisipan/peserta dengan trainer, tapi hal itu tidak terjadi karena ternyata mereka mampu mengikuti langkah-langkahnya sesuai dengan instruksi yang saya berikan. Bahkan saya sempat merasa “kehilangan” mereka karena tidak ada respon dalam bentuk komentar atau pertanyaan sama sekali. Rasa “kehilangan” itu terjadi karena mereka sedang bersibuk ria dengan blog-nya masing-masing dan tidak sadar telah mengacuhkan saya. Antusiasme dari ibu-ibu rumah tangga itu justru membuat saya semakin bersemangat.
Sebagian besar peserta yang mengikuti training online ini menggunakan fasilitas handphone, bahkan bukan tergolong handphone yang canggih dengan layar sentuh atau BB tapi hanyalah handphone biasa, namun keterbatasan itu tidak menghalangi mereka untuk ikut aktif berpartisipasi. Salah satu peserta ada yang mengirimkan pesan kepada saya yang berbunyi seperti ini, “Mbak, materinya jangan di hapus dulu ya, karena saya masih mencatat langkah-langkahnya di kertas. Maklum, saya sedang berpacu dengan waktu sebelum baterai hp saya lowbat”
Saya bertanya mengapa kondisinya bisa sampai seperti itu. Ternyata, di tempat tinggalnya arus listrik masih dijatah. Beliau tinggal di desa Teluk Pergam, daerah Tembilahan, Riau yang sangat jauh dari pusat kota dan termasuk desa pedalaman yang tidak terjangkau gardu PLN. Dimana, mereka hanya dapat menikmati fasilitas listrik hanya pada jam tertentu yaitu pada jam 18.00 s.d 22.00 WIB sehingga mereka harus ekstra hemat menggunakan baterai handphone di siang hari. Ternyata bukan hanya masalah penjatahan listrik saja yang menjadi halangan mereka, tetapi juga jaringan internet yang selalu saja bermasalah, sering tidak mendapatkan sinyal karena lokasi mereka yang terlalu jauh dari jangkauan radius tower telekomunikasi.
Ada rasa merinding ketika membaca cerita beliau, dengan segala keterbatasan fasilitas yang dimilikinya itu, ternyata tidak menghalangi beliau untuk belajar dan menimba ilmu. Suatu perjuangan yang patut diancungi jempol dan patut untuk ditiru. Tidak semua orang memiliki semangat dan tekad seperti beliau. Dan saya bersyukur bahwa sharing ilmu yang saya berikan melalui training online ini sangat berguna bagi semua orang.
Training Online nge-Blog ini berjalan sukses dengan beberapa komentar dan sharing link blog dari para peserta. Sebagian peserta yang lain juga berjanji akan mencoba membuat blog-nya di warnet dan ternyata mereka memberikan buktinya dengan link blog mereka. Alhamdulillah, peserta TO Nge-Blog bisa narsis lewat blog-nya masing-masing.
Suatu prestasi yang sangat hebat dan luar biasa dari para ibu-ibu rumah tangga ini. Dengan berbagai keterbatasan dengan segudang kesibukan ala ibu rumah tangga, mereka tetap bisa memanfaatkan teknologi untuk mengekspresikan diri dan ikut me-narsis-kan dirinya lewat sebuah blog. Bahkan, untuk para remaja yang baru berkenalan dengan blog itu sendiri, merasa senang dan mulai “ketagihan” untuk memamerkan blog-nya kepada teman-temannya yang lain.
Orang-orang yang senang menuntut ilmu tidak akan menganggap keterbatasannya sebagai suatu masalah besar. Justru mereka akan mengoptimalkan dan memaksimalkan semua keterbatasannya itu untuk menghasilkan karyanya sendiri. Sedangkan sikap dari narsis itu sendiri merupakan salah satu faktor yang membangkitkan semangat untuk berkarya, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
060212
0 komentar:
Posting Komentar