3 Januari 2012

Fenomena DJ Dalam Pergaulan Remaja


Seorang Disc Jockey atau disebut juga sebagai DJ atau deejay adalah seorang terampil yang memilih dan memainkan rekaman suara atau musik yang telah direkam sebelumnya untuk para pendengar yang menginginkannya.

Istilah DJ pertama kali digunakan untuk menggambarkan seorang penyiar radio yang akan memperkenalkan dan memainkan rekaman gramophone yang popular. Rekaman pada media ini, juga dikenal sebagai “cakram”, dimana dimainkan oleh para penyiar-penyiar radio, oleh karena itu nama dick jockey lebih akrab dikenal sebagai DJs atau deejays. Pada saat ini, faktor seperti musik yang dipilih, para pendengarnya, penyetelan kinerja, media yang digunakan dan perkembangan manipulasi suara telah menghasilkan berbagai macam teknik DJ.

Aksi fisik dari seorang DJ adalah memilih dan memainkan rekaman-remakan suara yang disebut dengan deejaying atau DJing dan cakupan kesempurnaan dari memainkan secara sederhana satu seri rekaman-rekaman, menyusun sebuah daftar putar, memanipulasi rekaman-rekaman, menggunakan berbagai teknik seperti audio mixing, cueing, phrasing, cutting, scratching dan beatmatching.

Peralatan yang diperlukan dan digunakan oleh seorang DJ untuk menjalankan aksinya terdiri atas :
·         Rekaman suara dalam berbagai medium (seperti piringan hitam, CD, file MP3, dan sebagainya)
·         Memiliki dua macam peralatan untuk memutar kembali (playback) rekaman-rekaman suara tersebut dan untuk memainkankan kembali rekaman secara maju mundur (seperti record players, compact disc players, MP3 players)
·         Sebuah sistem tata suara (sound system) untuk menguatkan dan memperbesar volume suara
·         Sebuah microphone yang digunakan untuk menguatkan suara manusia dan headphone yang digunakan untuk mendengarkan rekaman sambil memutarkan player yang lain tanpa kehilangan kontrol suara yang didengarkan pendengarnya.
·         Peralatan lainnya seperti samplers, drum machines, effect processors, slipmats dan computerized performance systems.
·         Peralatan penunjang lainnya seperti sebuah pencampur (mixer) yang digunakan untuk menyelaraskan dua atau lebih peralatan playback.

Ada berbagai macam teknik yang diterapkan oelh seorang DJ untuk memanipulasi musik yang telah direkam sebelumnya. Disini termasuk mencampur suara (audio mixing), cuening, slip-cuening, phrasing, cutting, beat juggling, scratching, beatmatching, needle drops, phase shifting dan teknik lainnya.

Begitulah sekilas informasi yang saya dapatkan dari dunia maya tentang apa itu DJ. Topik ini menggelitik saya karena sebuah pemandangan persiapan acara penyambutan tahun baru kemarin yang riuh dengan suasana musik DJ. Persiapan yang dilakukan oleh para DJ itu membuat saya menilik tajam dan ingin mencari tahu sebanyak mungkin apa yang menyebabkan musik genre ini sangat disukai oleh para remaja saat ini.



Berbagai musik menghentak yang dimainkan secara live, didukung dengan keterampilan jemari DJ memutar dan me-mix-kan beberapa musik yang berbeda, plus dengan sound system dan pencahayaan yang semakin meramaikan suasana, semakin membuat para remaja kehilangan akal dan karakternya karena larut ke dalam balutan musik membahana yang menggoyang-goyangkan seluruh tubuh mereka, mereka meliuk-liuk seperti cacing kepanasan.

Tidak ada yang salah dengan musik yang dimainkan oleh DJ ini, justru ada semacam hal unik yang menyelubungi profesi ini, yaitu keterampilan. Baik itu keterampilan menggunakan jemari agar musik yang dihasilkan terdengar dinamis dan manis, atau juga keterampilan memilih jenis musik yang akan di mix, dan keterampilan lainnya.

Bahkan, sudah beberapa tahun ini banyak tempat yang menawarkan berbagai kursus keterampilan DJ, awal sebuah bisnis yang kian menjamur tentunya. Bila dilihat dari sisi positifnya, tentu saja musik yang dimainkan para DJ memiliki seni yang dipoles dalam keterampilan bermain musik. Namun bila dilihat dari sisi negatifnya, maka akan sangat banyak rentetan poin-poin “kerusakan” yang melekat pada musik dan profesi yang berkaitan dengan DJ ini.

Karena, musik DJ telah melekat erat dengan sebuah tempat yang disebut diskotik. Diskotik juga memiliki vonis manis dengan tempatnya kerusakan para remaja, mulai dari gaya berpakaian serba mini, minuman beralkohol, merokok, pil-pil setan, free sex, bahkan sampai kepada tindakan aborsi, semuanya dapat berasal dari tempat ini. Maka tidak heran bila orang-orang awam menilai bahwa para DJ dan musik yang dimainkan DJ adalah musik setan yang menghanyutkan dan merusak moral.

Namun, yang terlihat adalah semakin digandrunginya musik dan profesi DJ ini dikalangan para remaja, meskipun biaya untuk mengikuti kursus ini terbilang cukup mahal. Sungguh, apa yang namanya trend atau sesuatu yang berbau dengan gaul, meskipun kegiatan itu lebih banyak menonjolkan kerugiannya dibandingkan dengan manfaatnya, tetap saja akan dikejar dan diminati oleh para remaja.

Yang salah bukanlah trend-nya, namun pola pikir orangnya. Pilihan, kembali lagi kepada pilihan hidup masing-masing. Mengapa harus menunggu umur yang tua untuk berubah dan memperbaiki diri? Mengapa harus menunggu untuk mengorbankan kesehatan diri untuk merubah kebiasaan buruk ketika sehat? Mengapa harus menunggu kedatangan malaikat maut bila rasa insyaf untuk berubah semakin kuat? Mengapa harus menunggu malaikat maut menjemput ajal bila perubahan itu dapat dilakukan saat ini juga?

Ah, semakin mengerikan trend gaul anak remaja sekarang. Ketika saya dan Anda semua merasa ngeri dengan fenomena kerusakan mental anak bangsa seperti ini, justru mereka semakin senang dan menikmati setiap kehancuran hidupnya sendiri. Betapa pola pikir generasi muda telah sangat berubah saat ini. Meskipun, masih ada banyak remaja lainnya yang memiliki segudang prestasi yang membanggakan, dipundak merekalah terletak kemajuan bangsa ini, di telapak tangan merekalah terletak kompas yang menunjukkan arah bangsa ini. Akan dibawa kemana bangsa ini tergantung kepada pilihan hidup para generasi mudanya.


**Dari berbagai sumber

030112

0 komentar:

Posting Komentar

ShareThis