13 Januari 2012

Kemanakah Si Komo?


Sepertinya tokoh-tokoh dunia anak-anak masih dirajai oleh tokoh-tokoh barat, seperti Barney, Spongebob, animasi Barbie, Upin dan Ipin, Little Khishna, Shaun The Sheep, Pinguin Madagascar, Pokemon, Shinchan, Doraemon dan sederet film ringan anak-anak lainnya.

Bukan itu saja, boomingnya lagu-lagu K-Pop yang energik menjadi hapalan resmi dari sebagian besar anak-anak saat ini. Dari grup penyanyi asli Korea seperti SNSD, Wonder Girl, Super Junior, dan grup Korea yang sedang naik daun lainnya, hingga grup penyanyi ala Indonesia seperti 7 Icon, Cherryberry, Max 5, dan nama-nama grup ala K-Pop lainnya.

Semuanya mengambil alih kehidupan anak-anak Indonesia, mereka sudah tidak lagi mengenal siapa itu Si Komo, mereka tidak tahu siapa itu Si Unyil, Pak Ogah, Pak Raden, kak Ria Enes dan Susan. Mereka tidak lagi menyanyikan Aku Cinta Indonesia-nya Cincy Cenora, atau nyanyian Cit-Cit Cuit-nya Joshua, atau Si Lumba-Lumba-nya Bondan Prakoso dan lagu anak-anak lainnya.

Mungkin tokoh dan lagu anak-anak itu sudah terlalu jadul dan masa kejayaannya sudah lewat, jauh tertinggal dari tren film dan musik khusus anak-anak sekarang. Sehingga mereka cenderung lebih menyukai tokoh-tokoh kartun yang unik dan lucu dengan cerita yang ringan dan jargon yang mudah mereka ingat atau tirukan. Mereka cenderung mengikuti orang-orang tertua yang ada di keluarga mereka yang sedang demam Korea, mereka mendengar, melihat dan kemudian meniru.

Apakah Anda masih ingat dengan tokoh Si Komo? Untuk Anda yang lahir pada tahun 80-an mungkin masih mengingat tokoh unik yang menyerupai komodo berwarna hitam putih itu, tapi untuk Anda yang lahir di atas tahun 90-an, saya tidak yakin apakah Anda mengenal tokoh yang sering disebut-sebut kalau terjadi kemacetan.


Tokoh Si Komo adalah salah satu tokoh yang paling terkenal ketika saya masih kecil dulu, namanya selalu saja disebut-sebut khususnya ketika kemacetan melanda jalanan. Lagu-lagunya yang ringan pun masih terngiang dengan jelas di telinga saya, “Macet lagi, macet lagi… Gara-gara Si Komo lewat…”, atau jargon uniknya yang berbunyi "Weleh weleh weleh...". Rindu saya mendengar lantunan lagu yang riang itu.

Berbeda dengan tokoh Si Unyil yang mulai kembali lagi ke ranah dunia entertainmen dan berusaha keras untuk merebut hati anak-anak dengan fasilitas laptopnya. Meskipun Si Unyil yang tampil dengan lebih modern seperti ini belum mampu mengalahkan ranting Shaun The Sheep, tapi hal itu adalah sebuah penghargaan tersendiri kepada tokoh bijaksana seperti Unyil. Ternyata masih banyak orang yang berusaha menghidupkan tokoh anak-anak milik Indonesia kepada anak-anak sekarang.

Kembali kepada Si Komo, tokoh ini merupakan salah satu aset negara yang bernilai tinggi. Bukan saja karena dia mampu dekat dengan anak-anak maupun orang dewasa, tapi juga menjadi maskot salah satu keajaiban dunia yang ada di Indonesia yaitu pulau Komodo. Sangat tepat kiranya bila maskot Si Komo ini kembali dihidupkan kembali dengan segala ciri khasnya, dengan segala keunikan Indonesianya, dengan segala keasliannya tokohnya, dengan kepolosannya, dan dengan segala budaya Indonesia yang dibawanya.

Si Komo merupakan harta yang dimiliki negara ini yang telah terlupakan seiring berlalunya waktu dan bertambah banyaknya jenis hiburan bagi anak-anak yang semestinya belum pantas mereka konsumsi. Semoga, tulisan ini menjadi pengingat bagi Anda semua yang juga merindukan sosok tokoh anak-anak asli milik Indonesia. Semoga, tulisan ini menjadi penggugah hati Anda yang ingin menghidupkan kembali tokoh-tokoh yang pernah jaya tersebut dan ingin membuatnya menjadi sosok superstar lagi di mata anak-anak Indonesia saat ini. Semoga, masih banyak anak-anak Indonesia yang akan mendendangkan lagu anak-anak milik Indonesia kembali. Amin ya robaal’alamin.


130112

0 komentar:

Posting Komentar

ShareThis