1 Januari 2012

Kehidupan Gaul Para Remaja yang Mengerikan

Malam tahun baru telah berakhir, namun yang terlihat justru bukan pembaharuan melainkan kemerosotan. Betapa tidak, sangat mencengangkan melihat pergaulan dan tingkah laku para generasi muda sekarang, sungguh merupakan sebuah ironi yang mengerikan.

Saya termasuk ke dalam kategori mantan anak muda yang kuper, anak rumahan dan tidak gaul, meskipun saya tidak munafik kalau saya menyukai beberapa kebiasaan anak muda sekarang. Kemarin malam, adalah malam pertama saya benar-benar menikmati perayaan tahun baru, seumur hidup saya baru sekali itu saya melihat prosesi perayaan gaul dari acara penyambutan tahun baru.

Pesta kembang api di sebuah pantai yang bertajuk From Sunset to Sunrise. Saya datang bersama keluarga dan ini merupakan pengalaman pertama kalinya juga bagi keluarga kami mengikuti prosesi perayaan tahun baru. Malam semakin larut dan anak-anak muda mulai berdatangan, mulai dari usia pelajar SMP sampai anak kuliahan, bahkan ada juga beberapa orang yang mengajak seluruh anggota keluarganya untuk meramaikan acara ini.

Malam semakin larut dan terlihatlah betapa mengerikannya suasana di acara itu. Mungkin karena pribadi saya yang kuper dan tidak gaul yang membuat saya merasa sangat tidak nyaman, sama seperti yang dirasakan oleh orang tua dan adik laki-laki saya. Betapa tidak nyamannya saya ketika melihat definisi dari gaul adalah remaja putri yang menggunakan pakaian serba mini, mini atasan dan mini bawahan, sehingga para lelaki tidak perlu lagi repot-repot untuk mengintip kemulusan tubuhnya.

Remaja laki-laki yang dengan cueknya memeluk atau mencium mesra pasangannya meskipun mereka mengetahui ada sebuah keluarga yang duduk dekat dengan mereka. Kalaupun pasangan remaja yang berbeda jenis itu tidak bermesraan, pasangan yang sesama jenis pun tidak mau kalah dengan kemesraan mereka. Atau tingkah menyerupai wanita yang diidap oleh banyak kaum laki-laki dan mereka merasa bangga dengan pilihan feminimitasnya meskipun sangat jelas bahwa mereka itu laki-laki.

Sebuah counter penjual rokok yang berfungsi sebagai sponsor utama acara ini juga meraup keuntungan dengan banyaknya penjualan rokok mereka. Betapa tidak, hampir dari semua remaja ini mengonsumsi rokok! Astagfirullah…. Tidak pandang bulu baik itu laki-laki maupun perempuan, mereka cuek menyebarkan asap rokok ke sana ke mari.

Berbotol-botol minuman beralkohol pun tidak luput dari acara ini, semakin mereka menikmati acara ini, semakin mereka menggila. Dentuman musik DJ yang membahana, tiupan rokok, belaian mesra kekasih, beberapa teguk minuman beralkohol semakin menyemarakkan suasana sehingga tidak ada satupun dari remaja itu yang duduk diam, melainkan ikut menggerakkan badan kesana kemari mengikuti suara musik ala diskotik.

Sungguh saya tidak menikmati acara ini. Meskipun memang saya akui kalau saya menunggu saat-saat pelepasan kembang api, tapi pemandangan yang mengerikan ini membuat saya bergidik ngeri dan bersyukur kalau saya masih berada di dalam pagar kuper dan tidak gaul. Saya tidak ingin rusak dan tidak ingin ikutan merusak adik laki-laki saya dengan pemandangan seperti ini.

Apa ini yang disebut sebagai remaja gaul? Ternyata, saya baru mengetahuinya. Miris dan ironi sekali para remaja generasi penerus bangsa ini. Dan, apakah saya sudah terlalu tua untuk menanyakan , “Kemana orang tua mereka? Apakah, orang tua dari para remaja ini dengan sukarela membiarkan anak mereka gaul dengan cara seperti ini? Apa yang akan dilakukan para orang tua bila melihat kegaulan yang merusak anak-anak mereka?”. Dan, para orang tua yang mengajak serta anak-anak kecil mereka pun seperti tidak berkutik melihat kekacauan suasana di acara ini.

Mungkin, apa yang saya sampaikan saat ini adalah sebuah keprihatinan yang bisa dibilang terlambat atau sudah “basi”, karena tingkah laku gaul para remaja seperti ini sudah menjadi rahasia umum. Tetapi, ketika hal itu telrihat di depan mata saya sendiri, sungguh merupakan kesalahan fatal untuk masa depan bangsa ini sendiri.

Sudah selayaknya, kita menyadari dan segera mengambil alih untuk menyadarkan mereka, bahwa hidup itu merupakan sebuah perjuangan dan bukan hanya sekedar bersenang-senang, menghancurkan diri sendiri dan harapan orang tuanya. Sudah sepatutnya kita mengambil hikmah dan menjaga amanah dari Tuhan untuk mendidik titipan-Nya berupa anak menjadi penerus keluarga yang memiliki kualitas yang lebih baik dari orang tuanya sendiri.

Tulisan ini hanyalah secuil rasa sedih dan kekecewaan akan kehilangan jati diri dari remaja saat ini. Sebuah perasaan yang menyesakkan hati karena masa depan bangsa ini akan terlihat mengerikan seperti cara pandang mereka akan kehidupan. Sebuah himbauan kecil dan sebuah pengingat agar kita dapat mengintropeksi diri agar dapat melakukan perubahan terhadap apa saja yang akan merusak masa depan bangsa ini.


010112

0 komentar:

Posting Komentar

ShareThis