Perayaan Imlek telah berlangsung 8 hari yang lalu, namun sisa-sisa dekorasi yang apik dari perayaan hari besar tersebut masih dapat dijumpai di sebuah klenteng yang berlokasi di Perumahan Cemara Asri, Medan. Klenteng, begitu kami biasa menyebut tempat sembahyang umat Budha, dan klenteng ini bernama Maha Vihara Maitreya.
Meskipun saya beragama Islam, tetapi mengunjungi tempat sembahyang agama lain bukanlah hal yang haram, lagipula niat saya hanya ingin berjalan-jalan dan menikmati suasana keunikan dari keberagaman agama lainnya. Tempat ini merupakan salah satu tempat yang saya sukai untuk menghabiskan waktu atau pun untuk mencari inspirasi, karena ketenangan suasananya yang sangat nyaman.
Karena tahun ini adalah tahun naga air, maka tidak heran bila ornament yang mendominasi adalah bentuk naga. Mulai dari pintu masuk ke klenteng, bantuk naga tidak pernah hilang dari pandangan mata. Di seberang pintu masuk, masih berdiri dengan tegap sosok Dewa Rezeki, posisinya masih sama seperti tahun lalu. Sedangkan pintu masuknya terdiri atas dua pintu yang masing-masing pintunya dihiasi patung naga yang terbuat dari steorofoam. Di samping pintu masuk dikawal sebuah patung singa yang besar yang berpose sedang memijak sebuah bola.
Memasuki pintu sebelah kanan, saya disuguhi rentetan beberapa patung lambang shio yang berwarna emas dan masing-masing patung tersebut mendapat label nama dan artinya. Ular berarti penuh kegembiraan, naga berarti penuh kebahagiaan, kelinci berarti penuh kekuasaan, harimau berarti penuh keleluasaan, kerbau berarti penuh keyakinan, dan tikus berarti penuh kecemerlangan.
Sedangkan di bagian sisi pintu masuk sebelah kiri terdapat juga patung lambang shio lainnya, yaitu babi berarti penuh keberuntungan, anjing berarti penuh pengharapan, ayam berarti penuh ketenangan, monyet berarti penuh keceriaan, kambing berarti penuh kebebasan, dan kuda berarti penuh kesukacitaan.
Memasuki klenteng, kembali saya disuguhi sebuah pemandangan yang apik. Masih tertata dengan rapi sebuah altar dan bangku tempat sembahyang di depan patung sebuah dewa yang berperawakan bongsor dengan perut buncitnya tetapi tampak sangat menyenangkan dengan senyum manisnya. Dibelakangnya, terdapat sebuah pohon sakura yang sudah disulap menjadi pohon harapan, yaitu pohon tempat para pesembahyang meletakkan harapannya dan berharap semoga para dewa mengabulkannya.
Pohon itu sangat indah, saya tidak berhenti memperhatikannya. Banyak sekali rangkaian kartu mungil yang berisi harapan. Ada yang berharap untuk anaknya, untuk orang tuanya, untuk kekasihnya, untuk gurunya, dan lain-lain.
Kolam ikan koi yang indah juga tidak luput dari sorotan kamera digital sederhana saya, terasa damai melihat liuk-liuk lincak berenang mereka. Tetapi ada yang aneh di kolam ikan ini, lihat, ada banyak koin (uang receh) di dalam kolam. Sejenak, saya tersenyum simpul melihat koin-koin itu, mungkin koin tersebut dilemparkan oleh para pengungjung yang juga ingin harapannya dikabulkan oleh Dewi Kwan Im, karena di tengah-tengah kolam ini terdapat sebuah patung Dewi Kwan Im yang sangat besar.
Sebagai seorang wanita yang mengenakan jilbab, terkadang saya merasa segan sendiri karena mengunjungi tempat sakral ini, tetapi pandangan dari setiap umat Budha yang berselisih jalan dengan saya justru menebarkan senyuman manis mereka, hal itulah yang membuat saya jadi betah berlama-lama dan mengambil objek foto lainnya.
Kebersihan tempat ini selalu terjaga kebersihannya, banyak tong sampah yang berdiri di sudut-sudut tempat duduk, banyak pamflet sederhana yang dipajang sebagai pengingat bahwa pengunjung tidak diperbolehkan membuat keributan, tidak boleh merokok, tidak boleh berbuat susila, menjaga kebersihan, dan harus menghargai para umat Budha yang vegetarian.
Masih banyak spot lainnya yang bisa saya eksplor, bagian dalam ruangan sembahyang yang terdiri atas tiga patung dewa tertinggi umat Budha, yaitu Dewa Perang, Dewi Kwan Im, dan Budha. Di sebelah kanan gedung klenteng ini juga terdapat sebuah lonceng yang berukuran sangat besar, di sebelah kiri gedung terdapat air mancur yang berbentuk teko sedang menuangkan airnya ke dalam kolam, di pelataran halamannya terdapat hamparan bunga dan tanaman lainnya yang ditata dengan rapi.
Di dalam gedung klenteng ini juga terdapat beberapa permainan anak-anak yang selalu ramai dikunjungi sore hari, bahkan terdapat restoran dan toko souvenir yang bisa dikunjungi kapan saja. Di tengah-tengah kawasan terdapat sebuah area yang khusus diperuntukkan kepada burung-burung liar, terlihat seperti tangkaran burung yang sangat luas. Lokasi ini juga menjadi salah satu tempat favorit dari para pengunjung yang membawa anak-anaknya untuk berjalan-jalan sore.
Gambar-gambar ini adalah secuil keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia, sudah sepatutnya kita saling menghormati dan menghargai apapun kepercayaan yang dianut mereka. Keberagaman akan menghadirkan ketenangan bila disambut dengan sebuah senyuman. Seorang wanita berjilbab pun bisa mendapatkan ketenangan dari sebuah senyuman yang penuh dengan rasa persahabatan dari seorang biksu bermata sipit yang bersahaja. Semoga kita bisa lebih saling menhargai dan menghormati, amin.
310112
0 komentar:
Posting Komentar