Beberapa tahun yang lalu, gema tentang emansipasi wanita
sangat membahana ke seluruh penjuru bangsa. Semua wanita berlomba-lomba untuk
menunjukkan ke-eksistensi-annya ke dunia dan menunjukkan bahwa mereka mampu
menyaingi pada pria. Hal ini terjadi mungkin karena sudah lama mereka “dijajah”
dan “dipenjara” dengan berbagai larangan “tidak boleh ini dan tidak boleh itu”.
Namun, revolusi besar-besaran yang disebut sebagai emansipasi wanita telah
mengubah semuanya, wanita pun berunjuk gigi, menunjukkan kemampuannya kepada
dunia.
Mulai dari pekerjaan yang kasar seperti kuli bangunan,
supir angkot, penarik becak, penambal ban, hingga ke pekerjaan yang
mengantarkannya menjadi orang nomor satu di Indonesia, ya, semua itu dilakukan
oleh wanita atas nama emansipasi wanita, bahwa mereka juga memiliki hak yang sama
seperti pria.
Akan tetapi, apa yang seharusnya diamalkan dari kata
emansipasi itu sendiri mulai menemukan titik kerancuannya, segala sesuatu yang
tidak diperbolehkan akan segera dibenarkan atas nama emansipasi, hingga pada
akhirnya emansipasi itu akan menjadi bumerang yang tidak disadari.
Kaum pria telah terbiasa menghisap rokok, maka dengan
serta merta pun wanita tidak mau kalah, ikutan merokok. Kaum pria terbiasa
menegak minuman beralkohol, maka wanita juga tidak mau kalah. Kaum pria juga
menyukai obat-obatan terlarang, maka wanita pun ingin mencobanya dan akhirnya
ketagihan. Apakah itu yang disebut sebagai emansipasi wanita? Mungkin itulah
yang disebut sebagai beberapa contoh penyalahartian emansipasi wanita. Terlepas
dari hal tersebut, semuanya kembali kepada masing-masing wanita, itu memang hak
mereka, hak asasi manusia dan tidak ada yang boleh melarangnya.
Saat ini, bangsa ini lebih membutuhkan partisipasi daripada
sekedar emansipasi. Berjuang bersama para pria untuk memperbaiki bangsa yang
carut marut, mengingatkan orang lain tentang moral agar lebih menghargai wanita
dan kaum tua, juga berperan sebagai seorang ibu yang mencintai dan menyayangi
orang lain dengan tulus.
Telah banyak partisipasi dari para wanita Indonesia di
kancah dunia, mulai dari yang berprofesi sebagai seorang supir truk, desainer
pakaian, penikmat dunia sains, penulis berkelas, pilot, dan profesi
membanggakan lainnya. Mereka menyalurkan bakat yang dimiliki lewat jalur
emansipasi dan menunjukkan kemampuannya lewat partisipasi. Mereka berperan
aktif dalam berbagai bidang.
Partisipasi disini bukan dalam artian negatif seperti
beberapa contoh di atas, namun merupakan tindakan partisipasi yang mengangkat
dan mengharumkan nama Indonesia di dunia. Bersama para pria, wanita
berpartisipasi dan turut aktif terjun ke dalam berbagai bidang. Seperti kodratnya,
yaitu sebagai pendamping pria dan melengkapi kehidupan. Menambahkan apa yang
kurang, dan mengurangi apa yang berlebih. Menyemangati siapa saja yang bersedih
dan juga terharu dengan apa yang terjadi.
Partisipasi, lebih dari sebuah kata yang sederhana, namun
bila dilakukan akan mengubah apa pun yang ada di hadapannya. Emansipasi, juga
lebih dari sebuah kata yang spektakuler, namun bila disalah artikan akan merusak
apa pun yang telah dibanggakan.
Selamat Hari Kartini untuk para wanita Indonesia. Tetaplah
berpartisipasi dan menghasilkan karya yang lebih membanggakan J
210412
2 komentar:
Harussss..
Semangat Kartini, Cut Nyak Din, Cut Mutia dan semua pahlawan wanita harus terus menggelora dalam diri sepanjang usia :-)
@diniehz : amin... terima kasih mb :)
Posting Komentar