10 Juni 2012

Doraemon, Kau Bukan Dirimu Lagi


Saya termasuk penggemar film kartun anak Doraemon, meskipun bukan penggemar fanatik tapi film kartun ini selalu hadir menemani Minggu pagi, mulai dari zaman sejak saya mengenal apa itu televisi hingga dewasa seperti ini. Salah satu serial kartun yang awet J

Namun, ada yang aneh pada penayangan Doraemon Minggu pagi ini. Tema yang diangkat pada hari ini adalah tentang penampakan UFO. Nobita mendapatkan foto penampakan UFO dari teman-temannya dan memberitahukan sebuah cara bagaimana cara untuk memanggil UFO, yaitu dengan menari menggoyang-goyangkan pinggul dan mengangkat kedua tangan ke atas.

Sesampainya di rumah, seperti biasa Nobita menceritakan hal-hal yang ditemuinya kepada Doraemon. Untuk membuktikan kebenaran dari cara memanggil UFO yang diajarkan oleh temannya tadi, maka Nobita nekad berdiri di atas atap rumah dan menari-nari dengan maksud agar UFO segera menghampirinya.

Ternyata cara itu tidak berhasil karena hal itu merupakan tindakan iseng dari teman-temannya untuk mempermainkan Nobita, seperti biasanya. Keesokan harinya, Nobita menuju ke lapangan tempat biasa mereka bermain, ternyata di sana sudah ada Giant dan Suneo yang menceritakan tentang kebodohan Nobita yang mempercaiyai tarian pemanggil UFO.

Dengan gerakan meliuk-liukkan badan dan kedua tangan berada di atas kepala, Suneo bernyanyi. Lagu yang dikumandangkannya adalah beberapa baris lirik dari lagu yang berjudul Alamat Palsu yang dibawakan oleh Ayu Ting Ting. Ada dua pertanyaan yang keluar dari benak saya pada saat itu.

Pertanyaan pertama, apakah mengganti lagu pada film tidak melanggar hak cipta? Meskipun film tersebut berasal dari Jepang, bukan berarti penerjemah diperbolehkan mengganti kata-kata pada skenario, kecuali telah terjadi perjanjian sebelumnya terkait hal tersebut. Dan pertanyaan yang kedua, apakah pantas memasukkan unsur lirik dari lagu orang dewasa ke dalam film kartun yang memang diperuntukkan kepada anak-anak? Menurut pendapat saya, tindakan tersebut tidak mendidik. Meskipun pada kenyataannya kita bisa melihat bahwa lagu Alamat Palsu tersebut dinyanyikan oleh banyak anak-anak Indonesia yang hapal di luar kepala!

Pada masa ini, televisi terlihat sebagai media yang sangat ambigu. Tidak heran bila anak-anak sekarang terlihat lebih dewasa bila dibandingkan dengan beberapa tahun silam. Karena mereka telah melihat dan mendengarkan hal-hal yang berbau dewasa atau pencampuran antara sisi anak-anak dan sisi dunia dewasa yang kapasitasnya jomplang (berat sebelah).


Mulai dari musik, film, buku, perilaku, kebiasaan, cara berbicara, cara berbusana, dan sisi kehidupan lainnya dari dunia anak-anak telah dimonopoli besar-besaran dan diambil alih oleh orang-orang dewasa yang hanya peduli pada isi dompetnya. Betapa orang dewasa terlihat sangat munafik, di satu sisi mereka bersedia mendukung dan memberikan support, meng-elu-elu-kan banyak hal tentang dunia anak-anak, tetapi di satu sisi lainnya tanpa mereka sadari pundi-pundi kebahagiaan mereka akan menghancurkan masa depan anak-anak, generasi penerus bangsa.

Ah, saya ini hanyalah mantan anak-anak yang telah menempati posisi sebagai orang dewasa, maka sudah sepantasnya saya juga bersalah atas ketidakmampuan saya membantu kehidupan anak-anak Indonesia menjadi lebih baik lagi. Saya ini hanyalah pejuang kecil-kecilan yang menggunakan rangkaian kata-kata sebagai cara untuk menyadarkan orang-orang betapa anak-anak negeri ini harus segera diselamatkan dari budaya “menghancurkan diri sendiri”.

Film kartun Doraemon ini adalah salah satu contoh kecil dari kealpaan kita terhadap kepedulian anak-anak. Dan, meskipun film ini juga mulai berubah arah menjadi Doraemon versi gaul, tapi tetap saja film ini untuk anak-anak. Film yang merupakan salah satu sumber bagi anak-anak untuk mempelajari bagaimana cara berinteraksi dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Meskipun saya masih terbiasa dengan kehadiran rutinnya setiap Minggu pukul 8 pagi, tapi saya mulai tidak menyukai alur ceritanya. Terasa garing dan dipaksakan, jadi aneh sendiri bila menontonnya. “Maksudnya apa sih? Nggak ngerti…” , “Loh, cuma begitu doank?!” , “Gariiiiinnnggg….!” Kalimat tersebut pernah terucapkan dari adik saya ketika menonton Doraemon. Saya maklum, karena Doraemon bukanlah tokoh yang dulu saya tonton, sekarang dia sudah berubah, “Mengikuti dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman” katanya, hehehe…

Salam kangen untuk Doraemon-ku yang dulu J


100612

5 komentar:

Asep Haryono mengatakan...

Hi hi saya baru mampir nih dari blognya Dini The Kupu, wah wah soal doraemon ya. Saya jadi inget blogger Pontianak yang juga suka sama tokoh DoraEmon ini, namanya Dwi Ra Emon

Great posting. MEncerahkan

Irda Handayani mengatakan...

@pak Asep : wah, terima kasih atas kunjungan perdananya pak :)

Millati Indah mengatakan...

Dulu juga di Shinchan ada lagu yang diganti jadi lagu orang dewasa, lagunya Project Pop.

Irda Handayani mengatakan...

@Milati Indah : hhhmm... begitu ya, sepertinya di Shinchan emang banyak lagu yang diganti..

GPN Purwodadi mengatakan...

pendidikan anak semakin kurang

Posting Komentar

ShareThis