15 Juni 2012

Pahlawanku…

Tulisan di bawah ini saya tulis pada tanggal 17 Februari 2005. Wah, ternyata sudah lama sekali ya, sekitar 7 tahunan :D Awalnya tulisan ini saya tulis di buku diary khusus untuk tulisan-tulisan, apa pun itu, baik puisi, prosa, luapan perasaan, atau pun artikel tentang suatu hal, hingga suatu saat saya pindahkan beberapa tulisan ke lepi kesayangan, sebagai back up.

Meskipun tulisan ini sudah "tua" tapi saya rasa masih layak untuk dibaca. Jadi, jangan pernah meremehkan atau membuang semua tulisan-tulisan lama Anda ya, bila perlu, tulis ulang dan posting di blog masing-masing. Selamat membaca :)




Para pahlawan (mungkin) pasti akan menangis bila melihat bangsanya saat ini. Hancur perasaan mereka saat menyaksikan para anak-cucu penerusnya manghancurkan bangsa tersayang ini dengan sendirinya. Perlahan dan tanpa disadari oleh semua pihak. Semua orang bersikap seolah-olah mereka tidak melakukannya dan mengaku berjiwa Pancasila. Hanya bisa saling menyalahkan, saling menjatuhkan, saling menjelekkan, saling memfitnah, saling menggugat, saling menghukum. Adakah satu pertanyaan sederhana di hati masing-masing orang, “Apa yang telah aku sumbangkan untuk negeri ini?” Yang ada hanya keegoisan diri sendiri.

Tak kasihankah pada ibu pertiwi? Mungkin tidak ada pikiran seperti itu, bahkan mungkin juga tidak pernah terlintas. “Buat apa susah-susah memikirkan bangsa, toh ada presiden dan wakil-wakil rakyat”. Dan bilamana kita pikir lagi, para wakil rakyat pun sudah sama kelakuannya dengan para pemikir diri sendiri, mengubar janji, meraup harta dunia di atas keluh keringat orang susah. Ah, pemikiran dan tindakan yang sungguh bukan seorang anak bangsa.

Yang namanya anak bangsa, bukan berarti para anak muda, pelajar dan mahasiswa saja. Bahkan seorang veteran tua pun tetap layak dan patut di sebut sebagai Anak Bangsa. Jika, dia benar-benar mencintai Indonesianya dengan caranya sendiri, cara positif yang membangun bangsa, yang mengharumkan nama Indonesia, yang membuat seluruh orang di dunia tahu bahwa Indonesia bisa menunjukkan keberadaannya. Ya, itulah seorang anak bangsa!

Jika diangkat terlalu jauh, nanti akan merembet kemana-mana, dan akhirnya saling menyalahkan kemudian bertengkar seperti anak kecil bahkan sanggup pukul-memukul. Kapan manusia Indonesia ini bisa bersikap dewasa? Itu semua kembali ke masing-masing pribadi. Apakah para pribadi itu masih memikirkan nasib bangsanya?

Asal muasalnya, Indonesia adalah sebuah kata yang sangat indah, sakral, damai, hangat. Indonesia adalah sebuah Negara yang sangat berbeda, yang berbudaya, yang polos. Akan kumulai dari diriku sendiri untuk bertanya, “Apa yang telah aku berikan untuk bangsaku ini?”, dan jangan selalu bertanya, “Apa yang telah diberikan bangsa ini kepadaku?”.


Setelah membaca ulang tulisan yang ringkas ini, ternyata saya baru menyadari bahwa kemerosotan sumbangsih anak bangsa sudah terlihat menyedihkan sejak beberapa tahun silam. Pantas saja akhir-akhir ini berita tentang penerus bangsa semakin mengerikan.

Semoga masih banyak anak bangsa Indonesia yang mau dan sudi untuk menyelamatkan tanah airnya ini dari kerusakan moral. Semoga masih banyak anak Indonesia yang selalu menyumbangkan prestasinya tanpa menghadapkan imbalan. Amin ya robbal'alamin...



2 komentar:

Dini Haiti Zulfany mengatakan...

Saya juga suka ngerepost tulisan2 jaman dulu mbak hehehe..

Aamiin untuk doanya mbak :)

Irda Handayani mengatakan...

@diniehz : terima kasih mb :)

Posting Komentar

ShareThis