14 Juni 2012

Secuil Kisah Tentang Kota Medan


Kali ini saya akan menulis hal yang berbeda dari sebelumnya, yang selalu terkait dengan blog dan tips menulis. Saya ingin berbagi pengalaman seputar perjalanan ringkas saya dalam menyelesaikan beberapa urusan pada hari ini. Dan tidak ada salahnya bila kita sedikit refreshing dengan hal-hal menyenangkan. Jadi, selamat membaca ^^


Hari ini, cuaca kota Medan yang terik semakin menusuk ke dalam helm yang saya pakai untuk melindungi kepala dari sengatan sinar matahari. Berdasarkan info yang saya dengar dari sebuah akun socmed bahwa sudah dua hari ini kota Medan berada pada suhu 37⁰C! Wow, serasa di panggang.

Perjalanan saya hari ini diawali dengan mengunjungi sebuah bank yang termasuk BUMN, bukan ingin mencairkan cek atau merampok, hehehe, hanya ingin “melewatkan” beberapa lembar uang saya. Sebenarnya uang itu akan saya gunakan untuk beberapa keperluan, tapi karena saldo di tabungan saya sudah sekarat, maka saya berinisiatif untuk “menghidupkan” kembali, bahasa kerennya me-refresh buku tabungan.

Setelah menabung uang tersebut dan buku tabungan pun telah menunjukkan angka-angka yang njelimet, maka saya segera menuju ke ATM yang berada satu lokasi dengan bank itu. Untuk apa? Ya untuk menarik kembali uang yang ditabung tadi, hahahaha :D Saya ini nggak ada kerjaan banget ya?! Bukan hanya itu, saya juga melakukan transaksi untuk mentransfer sejumlah dana, yaitu untuk alamat (domain) baru blog RBI ini. Alhamdulillah ada sedikit rezeki, jadi meskipun blog RBI tidak bergelar .com RBI tetap bisa diakses dengan gelar .web.id (domain ini saya beli karena sedang promo, xixixi, lumayan daripada lumanyun).

Perubahan alamat domain dari yang pertama sekali yaitu : www.rumahblogindonesia.blogspot.com kemudian berubah menjadi www.rumahblogindonesia.co.cc , tapi karena banyak yang tidak bisa mengakses blog RBI karena saya menggunakan .co.cc maka saya kembalikan lagi ke domainnya yang semula www.rumahblogindonesia.blogspot.com . Nah, kalau sekarang domainnya menjadi www.rumahblogindonesia.web.id Yipppiiieeee…. :D

Selepas dari bank tersebut, saya memutar motor ke arah Polonia dengan tujuan ke jalan Multatuli. Ketika sedang melewati jalan Imam Bonjol, tepatnya persis di depan gedung DPRD, saya melihat pemandangan yang tidak biasanya. Entah mengapa kawat berduri yang terbiasa terpajang ketika demonstrasi dulu, kini terpasang kembali. Dan… terlihatlah oleh saya ada beberapa tenda berdiri di trotoar, beberapa orang ada yang sedang tiduran atau duduk-duduk, bahkan beberapa plank dan spanduk yang sempat saya baca, yang berbunyi “Aksi Jahit Mulut” (astagfirullah, membaca tulisannya saja saya sudah merinding, apalagi melihat pelakunya).

Rasa prihatin saya muncul, koq teganya ya para wakil rakyat membiarkan mereka tidur di tempat seperti itu. Bukankah  di dalam gedung DPRD itu penuh dengan fasilitas yang nyaman? Setidaknya biarkan mereka melakukan aksinya di dalam gedung agar mereka tidak merasakan kehujanan dan tidak kepanasan. Sedih dan miris melihat kejadian itu secara langsung. Orang lemah selalu saja ditindas T___T
Mohon maaf kalau foto sebagai dokumentasi atau buktinya tidak saya lampirkan, berhubung saya masih berada di atas sepeda motor, dan rasanya tidak etis memotret mereka yang sedang susah. Sudah tidak bisa membantu eh malah dijadikan bahan tulisan, tidak tega saya.

Oh ya, ternyata setelah saya mencari tahu tentang kejadian tersebut, saya baru ngeh kalau saya ini tinggal di Medan tapi tidak tahu perkembangan kota seperti kejadian ini, ckckckck, memalukan L . Aksi damai ini dilakukan oleh para petani yang tergabung dalam Sekretariat Bersama Reformasi Agraria. Mereka meminta agar petani-petani yang ditangkap oleh pihak kepolisian segera dibebaskan, terkait dengan anggapan telah menyerobot lahan PTPN II (sumber http://www.tribunnews.com)

Lanjut lagi perjalanan menuju ke jalan Multatuli. Eits, kendaraan menumpuk di tengah persimpangan jalan dan banyak polisi lalu lintas. Entah ada kegiatan apa lagi hingga membuat macet dan tidak bergerak seperti ini, bahkan sepeda motor yang biasa salip menyalip di jalur sempit pun tidak bisa berjalan. Aneh juga, karena aksi dari para petani tersebut berada di depan gedung DPRD Kota Medan, lah mengapa macetnya di persimpangan lapangan Benteng ya?

Tidak tahu ada acara apa di jalur satu arah tersebut, kemacetan dari simpang lampu merah Imam Bonjol berlanjut sampai di depan rumah dinas BI. Ada beberapa polisi berseragam lengkap yang membantu mengatur lalu lintas, sekilas saya juga melihat seorang bapak yang menggunakan topi khas polisi dan memiliki lambang bunga melati yang berjejer rapi di tepi kanan dan kiri topinya, mungkin menandakan pangkat apa yang disandangnya.

Terlepas dari kemacetan itu membuat saya menarik gas sedikit lebih kencang agar angin menyapu semua keringat dan rasa gerah akan sinar matahari. Sesampainya di komplek Multatuli Indah, saya segera menyelesaikan urusan, dan lumayan “cuci mata” karena melihat desain-desain dan arsitektur yang sangat menawan di sebuah galeri yang saya datangi.

Lanjut ke kawasan Lapangan Merdeka, melewati Stasiun Kereta Api hingga tiba di pusat belanja jilbab, baju gamis, bakal baju kebaya atau oleh-oleh dari Arab Saudi, nama tempat itu adalah Pajak Ikan Lama. Bagi sobat RBI yang bingung dengan sebutan tempat ini, akan saya jelaskan sedikit. Dalam bahasa kota Medan, pajak memiliki arti pasar, sedangkan pasar berarti jalan raya, nah loh, bingung kan? :D Itulah uniknya kota Medan, bahasanya aneh dan terkesan tidak nyambung. Meskipun diberi nama Pajak Ikan Lama, tapi di dalam pasar ini sama sekali tidak ada yang menjual ikan! Hayo, siapa yang masih bingung? :D Mengenai sejarah asal muasal mengapa tempat ini saya juga tidak mengetahui dengan pasti, Insya Allah kalau ada kesempatan lagi saya akan membahas tentang tempat ini.

Di Pajak Ikan Lama itu saya membeli kurma dan minyak zaitun. Cuaca yang semakin terik karena hampir tengah hari, membuat tenggorokan saya tercekat. Maka secangkir es cendol yang segar pun langsung saya pesan dan di seruput sampai habis, Alhamdulillah… Dengan harga Rp 3000 saya sudah bisa melepaskan dahaga.

Perjalanan dilanjutkan kembali ke daerah Jalan Sekip yang terkenal dengan beberapa tempat pusat penjualan aksesoris hand phone, baik untuk partai besar (grosiran) maupun partai kecil (eceran). Semuanya deuh ada di sini! Tinggal pilih mana aksesoris yang sesuai dengan gadget atau hand phone Anda, bila tidak ada yang cocok, pindah saja ke tempat yang lain, masih banyak pilihan J

Setelah dari Sekip itu selesailah perjalanan saya hari ini. Simple dan sederhana sebenarnya, mengumpulkan beberapa kejadian yang penting atau sama sekali tidak penting, kemudian meramunya menjadi tulisan. Saya tidak sadar kalau secuil kisah perjalanan saya menjadi tulisan yang sebuanyak ini, hahahaha :D

Intinya adalah, apa pun peristiwa atau kejadian yang Anda alami sehari-hari tetap menjadi suatu hal yang menarik untuk diangkat menjadi sebuah tulisan. Nah, bagi sobat RBI yang ingin menceritakan kejadian sehari-hari dalam hidupnya, silahkan meninggalkan komen ya, Insya Allah saya kunjungi.

Baiklah, hari semakin larut, jadi saya permisi untuk beristirahat.
Good night all J


140612

2 komentar:

Ilham mengatakan...

salam blogger dari orang medan juga gan. kemaren baru beli earphone di sekip. hehe *gak nanya ya*

Irda Handayani mengatakan...

@Ilham : ketemu sodara sekota nie :D kalau yang lain sodara sebangsa setanah air :)

Posting Komentar

ShareThis